Monday, December 28, 2015

Laporan Termoregulasi

Wah lama tidak buka folder kuliah..Setelah membukanya ternyata ada yang menarik untuk di bagikan kepada Netizen terutama yang masih kuliah..Nih laporan praktikum biologi saya saat kuliah..Semoga bermanfaat..



 LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

I.     JUDUL         : THERMOREGULASI
II.     TUJUAN      :
1.  Mengetahui suhu tubuh manusia pada beberapa keadaan lingkungan dengan pengukuran suhu di bagian axilla dan cavitas oris
2. Mempraktekkan penggunaan termometer klinis
3. Mempelajari poduksi panas pada hewan homoioterm dan poikiloterm

III.     DASAR TEORI
Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi didalam tubuh. Pada waktu istirahat, semua energy yang didapat dari oksidasi diubah menjadi panas. Seperti diketahui bahwa semua proses biologis akan berlangsung dengan baik bila suhu tubuh dipertahankan sesuai dengan kebutuhan pada proses biologis tersebut. Pada suhu 0oC, proses biologis itu akan terhambat bahkan bias berhenti sama sekali. Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasi akan naik sampai mencapai keadaan maksimum pada suhu optimal (Sumanto.1996:126).
Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu poikiloterm dan homeoterm. Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Sementara, hewan homeoterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/ tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah. Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai ektoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternalnya. Sementara, homeoterm dapat disebut endoterm karena suhu tubuhnya diatur oleh oleh produksi panas yang terjadi didalam tubuh (Isnaeni.2006:209-210).
Dalam produksi panas tubuh memperoleh panas sebagai akibat dari aktivitas metabolisme jaringan tubuh dan dari lingkungan luar bila lingkungan luar itu lebih tinggi temperaturnya (lebih panas) ketimbang temperatur tubuh. Bentuk penyesuaian fisiologinya adalah bahwa panas yang dihasilkan oleh tubuh akan meningkat dengan menurunnya temperatur luar. Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient temperature) yang tinggi akan menurunkan jumlah panas yang panas yang dihasilkan oleh tubuh. Hal itu dapat dikaitkan melambatnya aktivitas metabolisme, menurunnya luaran kerja, dan menurunnya tonus otot. Secara umum, mekanisme yang berlangsung untuk menghasilkan panas meliputi peningkatan aktivitas metabolisme jaringan, peningkatan aktivitas otot, dan produksi panas (thermogenesis) tanpa aktivitas menggigil (Indrowati.2012).
Manusia tergolong organisme homeoterm karena suhu tubuhnya relative tetap yakni berkisar antara 36,6o – 36,9oC. Ini adalah keadaan seimbang dalam pengeluaran dan pembuatan panas tubuh. Metabolisme merupakan proses untuk menghasilka panas. Metabolisme alat – alat tubuh meliputi : kerja otot jantung, pernapasan, pencernaan dan kelenjar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan panas yakni :
1.    Radiasi atau panacaran panas
Panas badan dipancarkan kebenda disekelilingnya, jika suhu benda lebih rendah dari suhu badan.
2.    Konduksi atau hantaran panas
Panas badan dihantarkan kebenda lain disekelilingnya, jika suhu benda lebih rendah dari suhu badan.
3.    Konveksi atau aliran panas
Terjadi apabila suhu disekelilingnya lebih rendah dari suhu badan.
4.    Evaporasi atau penguapan air
Terjadi pada kulit karena keringat atau air keluar dari kapiler corium kulit (Soedjono.1998 : 59).




IV.     ALAT DAN BAHAN
Kegiatan 1
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
Termometer badan
1 buah
Air es
Secukupnya


Alkohol 70%
Secukupnya


Kapas
Secukupnya
Kegiatan 2
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
Gelas beaker ukuran bertingkat (100ml, 600 ml,1000 ml)
3 buah
Air es
Secukupnya


Air panas
Secukupnya


Katak
3 buah


Hamster
3 buah

V.     CARA KERJA
A.  Kegiatan 1
1.    Pengukuran suhu badan pada fossa axillaris :
 Fossa axilaris dikeringkan dari keringat yang akan mengganggu pembacaan termometer.  Siapkan termometer klinis, air raksanya diturunkan 35oC, kemudian ujungnya dimasukkan ke fossa axillaris kemudian fossa axillaris ditutup dengan mengaduksi lengan pada thorax.  Biarkan termometer klinis berada dalam fossa axilaris selama 10 menit kemudian catat suhu pada termometer.
2.    Termometer diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol.  Ujung termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup rapat. Setelah 10 menit, catat suhu dalam termometer.
3.    Termometer diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol Probandus disuruh bernapas dengan tenang melalui mulut terbuka.  Ujung termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup rapat. Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer, lalu tanpa menurunkan air raksa pada termometer, catat suhu pada menit ke-10.
4.    Termometer diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol Probandus disuruh berkumur air es selama 1 menit.  Ujung termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup rapat. Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer, lalu tanpa menurunkan air raksa pada termometer, catat suhu pada menit ke-10.
B.  Kegiatan 2
1.    Siapkan 3 beakerglass besar, masing-masing di isi air setinggi 5 cm dengan air es, air panas dan air biasa.
2.    Masukkan beakerglass sedang kedalam tiap beakerglas besar tanpa diisi air
3.    Masukkan gelas beaker kecil ke dalam tiap bekerglas sedang dengan masing-masing isi pada bekerglass kecil adalah katak yang diikat kakinya.   
4.    Masukkan termometer pada beakerglass sedang dan beakerglass besar
5.    Hitung suhu termometer pada tiap interval waktu 5 menit selama 30 menit.
6.    Catat hasilnya dalam tabel pengamatan
7.    Melakukan kegiatan yang sama dengan hewan hamster.

VI.     DATA PENGAMATAN
A.  Katak
No
Waktu (menit)
Suhu air (oC)
Suhu hewan (oC)
es
biasa
panas
es
biasa
panas
1
0
-1
26
54
16
27
28
2
5
-7
26
50
11
27
46
3
10
1
26
46
7
27
46
4
15
0
26
45
6
27
45
5
20
2
26
44
6
27
44
6
25
3
26
42
7
27
42
7
30
4
26
41
8
27
41

B.  Hamster
No
Waktu (menit)
Suhu air (oC)
Suhu hewan (oC)
es
biasa
panas
es
biasa
panas
1
0
-12
26
64
28,5
28
30
2
5
-13
27
63
15
28
35
3
10
-13
27
62
11
28
50
4
15
-11
27
65
2
28
53
5
20
-9
27
-
4
28
-
6
25
-2
27
-
0
28
-
7
30
-2
27
-
0
28
-

C.  Manusia
No
Tempat
Waktu (menit)
Suhu (oC)
1
Fossa axilaris
10
37,4
2
Mulut
10
37,2
3
Mulut (bernapas)
5
10
40
37,6
4
Mulut (berkumur air es)
5
10
37,4
37,4

VII.     PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui suhu tubuh manusia pada beberapa keadaan lingkungan dengan pengukuran suhu di bagian axilla dan cavitas oris, mempraktikkan penggunaan termometer klinis, dan mempelajari poduksi panas pada hewan homoioterm dan poikiloterm. Prinsip kerja praktikum ini adalah mengukur suhu tubuh manusia dengan termometer badan pada daerah fossa axilaris dan cavitas oris. Dimana pengukuran pada cavitas oris diberikan perlakuan bernapas didalam mulut serta berkumur dengan air es sebelum pengukuran. Cara menggunakan termometer klinis adalah
Pertama, turunkan suhu termometer hingga mencapai 35oC dengan cara mengibas - kibaskan termometer kearah kantung air raksa atau alkoholnya. Kedua, bersihkan ujung termometer (bagian kantung air raksa atau alkohol) dengan alkohol 70%. Ketiga, letakkan termometer disalah satu bagian tubuh antara lain pangkal ketiak, dibawah lidah dan anus. Pengukuran suhu tubuh di anus biasanya dilakukan pada bayi dan ujung termometer diolesi vaselin. Termometer diletakkan pada daerah tersebut kurang lebih selama 10 menit. Keempat, baca skala suhu termometer kemudian jika sudah selesai bersihkan kembali ujung termometer dan masukkan kewadah penyimpanannya.
Dari data pengamatan yang diperoleh dapat dijelaskan analisa sebagai berikut :
A.       Pengaturan suhu tubuh katak
Pada saat katak berada dilingkungan dingin dengan suhu 0 – (-7)oC suhu katak yang mula – mula 16 oC turun menjadi 6 oC pada 15 menit perlakuan. Setelah suhu lingkungan naik diatas 0 oC yakni 2 oC, 3 oC dan 4 oC pada waktu 20’, 25’ dan 30’ perlakuan, suhu tubuh katak meningkat yaitu 6 oC, 7oC dan 8 oC. Penurunan dan peningkatan suhu tubuh katak berbanding lurus dengan suhu lingkungan. Katak yang diberi perlakuan pada suhu lingkungan biasa (26 oC) secara konstan menunjukkan suhu tubuh yang konstan pula yakni 27 oC dari sebelum perlakuan sampai 30 menit setelah perlakuan. Katak yang diberi perlakuan pada suhu lingkungan panas (50 oC) di 5 menit pertama menunjukkan suhu tubuh 28oC. Pada saat suhu lingkungan turun menjadi 46 oC di 5 menit kedua, suhu katak masih sama dengan sebelumnya. Pada waktu 5 menit ke- 3 sampai ke- 6 suhu lingkungan semakin menurun yakni 45 oC, 44 oC, 42 oC dan 41oC, diimbangi pula dengan suhu tubuh katak yang menurun yakni 45 oC, 44 oC, 42oC dan 41 oC.
Katak merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya selalu berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Cara adaptasi katak terhadap suhu sangat panas dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulitnya karena memiliki kulit yang senantiasa lembab. Sedangkan cara adaptasi katak terhadap suhu sangat dingin dengan menambah zat terlarut kedalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrasi osmotic. Dengan demikian, titik beku cairan tubuhnya dapat diturunkan hingga suhu dibawah 0oC. Zat zat terlarut yang ditambahkan biasanya berupa gula dan gliserol (Isnaeni.2006 : 218).
B.       Pengaturan suhu tubuh hamster
Pada saat hamster berada dilingkungan dingin dengan suhu (-12) – (-13)oC suhu hamster yang mula – mula 28,5 oC turun menjadi 15 oC pada 5 menit perlakuan. Suhu lingkungan tetap -13 oC pada waktu 10 menit perlakuan, suhu tubuh hamster menurun yaitu 11oC. Pada waktu peningkatan suhu lingkungan dimenit ke- 15, 20, 25 dan 30 yakni -11oC, -9oC, -2oC dan -2oC , suhu tubuh hamster menurun dari 2oC menjadi 0oC . Hamster yang diberi perlakuan pada suhu lingkungan biasa (27 oC) secara konstan menunjukkan suhu tubuh yang konstan pula yakni 28 oC dari sebelum perlakuan sampai 30 menit setelah perlakuan. Hamster yang diberi perlakuan pada suhu lingkungan panas (63 oC) di 5 menit pertama menunjukkan suhu tubuh 35oC. Pada saat suhu lingkungan turun menjadi 62 oC di 5 menit kedua, suhu tubuh hamster meningkat menjadi 50 oC. Pada waktu 5 menit ke- 3  suhu lingkungan meningkat menjadi 65 oC dan suhu tubuh hamster mengalami peningkatan kembali menjadi 53 oC setelah itu hamster mengalami kematian pada menit ke- 4.
Hamster merupakan hewan homeoterm dimana suhu tubuhnya selalu tetap walaupun suhu lingkungan berubah – ubah. Hamster yang juga tergolong hewan endotermik memiliki mekanisme termoregulasi terhadap suhu ekstrem. Pada saat suhu ekstrim rendah, hewan tersebut mempertahankan/meningkatkan panas dengan cara vasokonstriksi, menegakkan rambutnya, meningkatkan laju metabolism dengan sekresi tirosin dan memetabolisasi jaringan lemak coklat. Sedangkan pada suhu ekstrem tinggi, hewan tersebut meningkatkan pelepasan panas dengan vasodilatasi daerah perifer tubuh dan meningkatkan penguapan air melalui keringat (Isnaeni.2006 : 220). Pada percobaan tersebut terjadi ketimpangan kebenaran logika dimana suhu tubuh hamster dapat turun dan meningkat secara ekstrem dilingkungan dengan suhu yang ekstrim pula. Pada percobaan dengan suhu lingkungan ekstrem dingin, suhu tubuh hamster dapat mencapai 0 oC hal ini tidak dapat dibenarkan secara logika karena suhu 0 oC merupakan titik beku es sedangkan hamster merupakan hewan homeoterm. Pada percobaan dengan suhu lingkungan ekstrim panas, suhu tubuh hamster dapat mencapai 53 oC hal ini tidak dapat dibenarkan secara logika mengingat suhu tersebut tidak mungkin terjadi didalam tubuh hewan. Suhu toleransi lingkungan maksimal mamalia adalah 50oC .
C.       Pengaturan suhu tubuh manusia
Pada perbobaan ini menggunakan satu probandus yang diukur suhu tubuhnya didaerah tertentu dengan perlakuan tertentu pula. Pada pengukuran suhu  didaerah pangkal ketiak (Tossa axilaris) dalam waktu 10 menit suhu tubuh menunjukkan 37,4 oC. Pada pengukuran suhu  didaerah mulut tepatnya dibawah lidah dalam waktu 10 menit suhu tubuh menunjukkan 37,2 oC. Pada pengukuran suhu didaerah mulut tepatnya dibawah lidah dengan udara pernapasan didalam mulut dalam waktu 5 menit suhu tubuh menunjukkan 40 oC dan dalam waktu 10 menit suhu tubuh menunjukkan 37,6 oC. Pada pengukuran suhu didaerah mulut tepatnya dibawah lidah dengan berkumur air es sebelumnya dalam waktu 5 menit suhu tubuh menunjukkan 37,4 oC dan dalam waktu 10 menit suhu tubuh menunjukkan 37,4 oC. Pada percobaan tersebut suhu yang terukur antara tanpa perlakuan dengan perlakuan memiliki rentan nilai yang sangat kecil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manusia selalu mempertahankan suhu tubuhnya selalu tetap walaupun dengan suhu lingkungan berbeda. Manusia merupakan organisme homeoterm yang mana suhu tubuhnya selalu tetap. Seperti penjelasan mekanisme termoregulasi pada hamster, mekanisme termoregulasi pada manusia tidak jauh berbeda karena sama – sama tergolong sebagai organisme homeoterm sekaligus endoterm. Hanya saja manusia tidak memiliki jaringan lemak coklat. Saat kondisi lingkungan dingin, tubuh meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka, antara lain dengan cara menggigil. Sedangkan mekanisme produksi panas bukan dari menggigil antara lain meningkatkan sekresi hormone tiroksin yang dapat meningkatkan aktivitas metabolism didalam sel, menyerap radiasi panas matahari, menegakkan rambut sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil, mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi (menyempitkan pembuluh darah) dan memberikan tanggapan perilaku seperti berselimut, berjaket, berjemur dan menggosok-gosokkan kedua telapak tangan. Pada kondisi lingkungan panas, pelepasan panas dilakukan dengan cara melepasakn panas dengan vasodilatasi pembuluh darah perifer dan meningkatkan penguapan air melalui kulit (berkeringat)(Isnaeni.2006 : 221-222)
VIII.     KESIMPULAN
1.    Suhu tubuh manusia pada beberapa kondisi perlakuan
Tempat
Waktu (menit)
Suhu (oC)
Fossa axilaris
10
37,4
Mulut
10
37,2
Mulut (bernapas)
5
10
40
37,6
Mulut (berkumur air es)
5
10
37,4
37,4
Suhu tersebut dalam keadaan normal karena manusia merupakan organisme homeotermik yang mempertahankan suhu tubuhnya selalu tetap.
2.    Cara menggunakan thermometer klinis
a.       Turunkan sushu thermometer hingga menunjukkan suhu 35oC dengan cara mengibas – kibaskannya.
b.      Bersihkan ujung thermometer dengan alkohol 70%
c.       Letakkan thermometer disalah satu bagian tubuh antara lain pangkal ketiak, dibawah lidah atau anus. Penggunaan thermometer pada anus harus diolesi dengan vaselin.Biarkan selama 10 menit.
d.       Baca skala suhu thermometer.Jika sudah selesai digunakan, bersihkan thermometer dengan alcohol kemudian masukkan dalam wadahnya.
3.    Pada percobaan yang telah dilakukan, hewan poikiloterm yakni katak mampu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan. Sedangkan hewan homeoterm yakni hamster tidak mampu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan. Suhu tubuhnya selalu tetap. Namun terjadi kematian saat suhu lingkungan diatas 50oC.

IX.     DAFTAR PUSTAKA
Indrowati, Meti.2012. Modul Praktikum Fisiologi Hewan. Pendidikan Biologi FKIP UNS
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Soedjono. 1998. Pengantar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : LPTK
Sumanto. 1996. Fisiologi Hewan.Surakarta : UNS Press
X.     LAMPIRAN
Dua lembar fotokopi laporan sementara.



Surakarta, 10 April 2012
Asisten
          Praktikan





       Fathoni Hari B