LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
I. JUDUL : THERMOREGULASI
II. TUJUAN :
1. Mengetahui
suhu tubuh manusia pada beberapa keadaan lingkungan dengan pengukuran suhu di
bagian axilla dan cavitas oris
2. Mempraktekkan penggunaan termometer klinis
3. Mempelajari poduksi panas pada hewan homoioterm dan
poikiloterm
III. DASAR TEORI
Thermoregulasi adalah proses pengaturan
suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi
didalam tubuh. Pada waktu istirahat, semua energy yang didapat dari oksidasi
diubah menjadi panas. Seperti diketahui bahwa semua proses biologis akan
berlangsung dengan baik bila suhu tubuh dipertahankan sesuai dengan kebutuhan
pada proses biologis tersebut. Pada suhu 0oC, proses biologis itu
akan terhambat bahkan bias berhenti sama sekali. Bila suhu tubuh naik, maka
proses oksidasi akan naik sampai mencapai keadaan maksimum pada suhu optimal (Sumanto.1996:126).
Berdasarkan kemampuannya untuk
mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu poikiloterm
dan homeoterm. Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah
seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Sementara, hewan homeoterm yaitu
hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/ tidak berubah sekalipun suhu
lingkungannya sangat berubah. Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai
ektoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan
eksternalnya. Sementara, homeoterm dapat disebut endoterm karena suhu tubuhnya
diatur oleh oleh produksi panas yang terjadi didalam tubuh
(Isnaeni.2006:209-210).
Dalam produksi panas tubuh memperoleh panas
sebagai akibat dari aktivitas metabolisme jaringan tubuh dan dari lingkungan
luar bila lingkungan luar itu lebih tinggi temperaturnya (lebih panas)
ketimbang temperatur tubuh. Bentuk penyesuaian fisiologinya adalah bahwa panas
yang dihasilkan oleh tubuh akan meningkat dengan menurunnya temperatur luar.
Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient temperature) yang tinggi akan
menurunkan jumlah panas yang panas yang dihasilkan oleh tubuh. Hal itu dapat
dikaitkan melambatnya aktivitas metabolisme, menurunnya luaran kerja, dan
menurunnya tonus otot. Secara umum, mekanisme yang berlangsung untuk
menghasilkan panas meliputi peningkatan aktivitas metabolisme jaringan,
peningkatan aktivitas otot, dan produksi panas (thermogenesis) tanpa aktivitas
menggigil (Indrowati.2012).
Manusia tergolong organisme homeoterm
karena suhu tubuhnya relative tetap yakni berkisar antara 36,6o –
36,9oC. Ini adalah keadaan seimbang dalam pengeluaran dan pembuatan
panas tubuh. Metabolisme merupakan proses untuk menghasilka panas. Metabolisme
alat – alat tubuh meliputi : kerja otot jantung, pernapasan,
pencernaan dan kelenjar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan panas
yakni :
1. Radiasi atau panacaran panas
Panas badan dipancarkan kebenda disekelilingnya, jika
suhu benda lebih rendah dari suhu badan.
2. Konduksi atau hantaran panas
Panas badan dihantarkan kebenda lain disekelilingnya,
jika suhu benda lebih rendah dari suhu badan.
3. Konveksi atau aliran panas
Terjadi apabila suhu disekelilingnya lebih rendah dari
suhu badan.
4. Evaporasi atau penguapan air
Terjadi pada kulit karena keringat atau air keluar
dari kapiler corium kulit (Soedjono.1998 : 59).
IV. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan 1
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
Termometer badan
|
1 buah
|
Air es
|
Secukupnya
|
|
|
Alkohol 70%
|
Secukupnya
|
|
|
Kapas
|
Secukupnya
|
Kegiatan 2
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
Gelas beaker ukuran bertingkat (100ml, 600 ml,1000 ml)
|
3 buah
|
Air es
|
Secukupnya
|
|
|
Air panas
|
Secukupnya
|
|
|
Katak
|
3 buah
|
|
|
Hamster
|
3 buah
|
V. CARA KERJA
A. Kegiatan 1
1. Pengukuran
suhu badan pada fossa axillaris :
Fossa
axilaris dikeringkan dari keringat yang akan mengganggu pembacaan
termometer. Siapkan termometer klinis,
air raksanya diturunkan 35oC, kemudian ujungnya dimasukkan ke fossa
axillaris kemudian fossa axillaris ditutup dengan mengaduksi lengan pada thorax. Biarkan termometer klinis berada dalam fossa
axilaris selama 10 menit kemudian catat suhu pada termometer.
2. Termometer
diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol. Ujung termometer dimasukkan dalam mulut di
bawah lidah dan mulut ditutup rapat. Setelah 10 menit, catat suhu dalam
termometer.
3. Termometer
diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol Probandus disuruh
bernapas dengan tenang melalui mulut terbuka.
Ujung termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup
rapat. Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer, lalu tanpa menurunkan air
raksa pada termometer, catat suhu pada menit ke-10.
4. Termometer
diturunkan lagi air raksanya dan dibersihkan dengan alkohol Probandus disuruh
berkumur air es selama 1 menit. Ujung
termometer dimasukkan dalam mulut di bawah lidah dan mulut ditutup rapat.
Setelah 5 menit, catat suhu dalam termometer, lalu tanpa menurunkan air raksa
pada termometer, catat suhu pada menit ke-10.
B. Kegiatan 2
1. Siapkan
3 beakerglass besar, masing-masing di isi air setinggi 5 cm dengan air es, air
panas dan air biasa.
2. Masukkan
beakerglass sedang kedalam tiap beakerglas besar tanpa diisi air
3. Masukkan
gelas beaker kecil ke dalam tiap bekerglas sedang dengan masing-masing isi pada
bekerglass kecil adalah katak yang diikat kakinya.
4. Masukkan
termometer pada beakerglass sedang dan beakerglass besar
5. Hitung
suhu termometer pada tiap interval waktu 5 menit selama 30 menit.
6. Catat
hasilnya dalam tabel pengamatan
7. Melakukan
kegiatan yang sama dengan hewan hamster.
VI. DATA PENGAMATAN
A. Katak
No
|
Waktu (menit)
|
Suhu air (oC)
|
Suhu hewan (oC)
|
||||
es
|
biasa
|
panas
|
es
|
biasa
|
panas
|
||
1
|
0
|
-1
|
26
|
54
|
16
|
27
|
28
|
2
|
5
|
-7
|
26
|
50
|
11
|
27
|
46
|
3
|
10
|
1
|
26
|
46
|
7
|
27
|
46
|
4
|
15
|
0
|
26
|
45
|
6
|
27
|
45
|
5
|
20
|
2
|
26
|
44
|
6
|
27
|
44
|
6
|
25
|
3
|
26
|
42
|
7
|
27
|
42
|
7
|
30
|
4
|
26
|
41
|
8
|
27
|
41
|
B. Hamster
No
|
Waktu (menit)
|
Suhu air (oC)
|
Suhu hewan (oC)
|
||||
es
|
biasa
|
panas
|
es
|
biasa
|
panas
|
||
1
|
0
|
-12
|
26
|
64
|
28,5
|
28
|
30
|
2
|
5
|
-13
|
27
|
63
|
15
|
28
|
35
|
3
|
10
|
-13
|
27
|
62
|
11
|
28
|
50
|
4
|
15
|
-11
|
27
|
65
|
2
|
28
|
53
|
5
|
20
|
-9
|
27
|
-
|
4
|
28
|
-
|
6
|
25
|
-2
|
27
|
-
|
0
|
28
|
-
|
7
|
30
|
-2
|
27
|
-
|
0
|
28
|
-
|
C. Manusia
No
|
Tempat
|
Waktu (menit)
|
Suhu (oC)
|
1
|
Fossa axilaris
|
10
|
37,4
|
2
|
Mulut
|
10
|
37,2
|
3
|
Mulut (bernapas)
|
5
10
|
40
37,6
|
4
|
Mulut (berkumur air es)
|
5
10
|
37,4
37,4
|
VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
suhu tubuh manusia pada beberapa keadaan lingkungan dengan pengukuran suhu di
bagian axilla dan cavitas oris, mempraktikkan penggunaan termometer klinis, dan
mempelajari
poduksi panas pada hewan homoioterm dan poikiloterm. Prinsip kerja praktikum
ini adalah mengukur suhu tubuh manusia dengan termometer badan pada daerah
fossa axilaris dan cavitas oris. Dimana pengukuran pada cavitas oris diberikan
perlakuan bernapas didalam mulut serta berkumur dengan air es sebelum pengukuran.
Cara menggunakan termometer klinis adalah
Pertama, turunkan suhu termometer hingga
mencapai 35oC dengan cara mengibas - kibaskan termometer kearah
kantung air raksa atau alkoholnya. Kedua, bersihkan ujung termometer (bagian
kantung air raksa atau alkohol) dengan alkohol 70%. Ketiga, letakkan termometer
disalah satu bagian tubuh antara lain pangkal ketiak, dibawah lidah dan anus.
Pengukuran suhu tubuh di anus biasanya dilakukan pada bayi dan ujung termometer
diolesi vaselin. Termometer diletakkan pada daerah tersebut kurang lebih selama
10 menit. Keempat, baca skala suhu termometer kemudian jika sudah selesai
bersihkan kembali ujung termometer dan masukkan kewadah penyimpanannya.
Dari data pengamatan yang diperoleh dapat
dijelaskan analisa sebagai berikut :
A. Pengaturan suhu tubuh katak
Pada saat katak berada dilingkungan dingin dengan
suhu 0 – (-7)oC suhu katak yang mula – mula 16 oC turun
menjadi 6 oC pada 15 menit perlakuan. Setelah suhu lingkungan naik
diatas 0 oC yakni 2 oC, 3 oC dan 4 oC
pada waktu 20’, 25’ dan 30’ perlakuan, suhu tubuh katak meningkat yaitu 6
oC, 7oC dan 8 oC. Penurunan dan peningkatan suhu
tubuh katak berbanding lurus dengan suhu lingkungan. Katak yang diberi
perlakuan pada suhu lingkungan biasa (26 oC) secara konstan
menunjukkan suhu tubuh yang konstan pula yakni 27 oC dari sebelum
perlakuan sampai 30 menit setelah perlakuan. Katak yang diberi perlakuan pada
suhu lingkungan panas (50 oC) di 5 menit pertama menunjukkan suhu
tubuh 28oC. Pada saat suhu lingkungan turun menjadi 46 oC
di 5 menit kedua, suhu katak masih sama dengan sebelumnya. Pada waktu 5 menit
ke- 3 sampai ke- 6 suhu lingkungan semakin menurun yakni 45 oC, 44
oC, 42 oC dan 41oC, diimbangi pula dengan suhu
tubuh katak yang menurun yakni 45 oC, 44 oC, 42oC
dan 41 oC.
Katak merupakan hewan poikiloterm dimana
suhu tubuhnya selalu berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Cara adaptasi
katak terhadap suhu sangat panas dengan meningkatkan laju pendinginan dengan
penguapan melalui kulitnya karena memiliki kulit yang senantiasa lembab.
Sedangkan cara adaptasi katak terhadap suhu sangat dingin dengan menambah zat
terlarut kedalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrasi osmotic. Dengan
demikian, titik beku cairan tubuhnya dapat diturunkan hingga suhu dibawah 0oC.
Zat zat terlarut yang ditambahkan biasanya berupa gula dan gliserol
(Isnaeni.2006 : 218).
B. Pengaturan suhu tubuh hamster
Pada saat hamster berada dilingkungan
dingin dengan suhu (-12) – (-13)oC suhu hamster yang mula – mula
28,5 oC turun menjadi 15 oC pada 5 menit perlakuan. Suhu
lingkungan tetap -13 oC pada waktu 10 menit perlakuan, suhu tubuh
hamster menurun yaitu 11oC. Pada waktu peningkatan suhu lingkungan dimenit
ke- 15, 20, 25 dan 30 yakni -11oC, -9oC, -2oC
dan -2oC , suhu tubuh hamster menurun dari 2oC menjadi 0oC
. Hamster yang diberi perlakuan pada suhu lingkungan biasa (27 oC)
secara konstan menunjukkan suhu tubuh yang konstan pula yakni 28 oC
dari sebelum perlakuan sampai 30 menit setelah perlakuan. Hamster yang diberi
perlakuan pada suhu lingkungan panas (63 oC) di 5 menit pertama
menunjukkan suhu tubuh 35oC. Pada saat suhu lingkungan turun menjadi
62 oC di 5 menit kedua, suhu tubuh hamster meningkat menjadi 50
oC. Pada waktu 5 menit ke- 3 suhu
lingkungan meningkat menjadi 65 oC dan suhu tubuh hamster mengalami
peningkatan kembali menjadi 53 oC setelah itu hamster mengalami
kematian pada menit ke- 4.
Hamster merupakan hewan homeoterm dimana
suhu tubuhnya selalu tetap walaupun suhu lingkungan berubah – ubah. Hamster
yang juga tergolong hewan endotermik memiliki mekanisme termoregulasi terhadap
suhu ekstrem. Pada saat suhu ekstrim rendah, hewan tersebut
mempertahankan/meningkatkan panas dengan cara vasokonstriksi, menegakkan
rambutnya, meningkatkan laju metabolism dengan sekresi tirosin dan memetabolisasi
jaringan lemak coklat. Sedangkan pada suhu ekstrem tinggi, hewan tersebut
meningkatkan pelepasan panas dengan vasodilatasi daerah perifer tubuh dan
meningkatkan penguapan air melalui keringat (Isnaeni.2006 : 220). Pada
percobaan tersebut terjadi ketimpangan kebenaran logika dimana suhu tubuh
hamster dapat turun dan meningkat secara ekstrem dilingkungan dengan suhu yang
ekstrim pula. Pada percobaan dengan suhu lingkungan ekstrem dingin, suhu tubuh
hamster dapat mencapai 0 oC hal ini tidak dapat dibenarkan secara
logika karena suhu 0 oC merupakan titik beku es sedangkan hamster
merupakan hewan homeoterm. Pada percobaan dengan suhu lingkungan ekstrim panas,
suhu tubuh hamster dapat mencapai 53 oC hal ini tidak dapat
dibenarkan secara logika mengingat suhu tersebut tidak mungkin terjadi didalam
tubuh hewan. Suhu toleransi lingkungan maksimal mamalia adalah 50oC .
C. Pengaturan suhu tubuh manusia
Pada perbobaan ini menggunakan satu
probandus yang diukur suhu tubuhnya didaerah tertentu dengan perlakuan tertentu
pula. Pada pengukuran suhu didaerah
pangkal ketiak (Tossa axilaris) dalam waktu 10 menit suhu tubuh menunjukkan
37,4 oC. Pada pengukuran suhu
didaerah mulut tepatnya dibawah lidah dalam waktu 10 menit suhu tubuh
menunjukkan 37,2 oC. Pada pengukuran suhu didaerah mulut tepatnya
dibawah lidah dengan udara pernapasan didalam mulut dalam waktu 5 menit suhu
tubuh menunjukkan 40 oC dan dalam waktu 10 menit suhu tubuh
menunjukkan 37,6 oC. Pada pengukuran suhu didaerah mulut tepatnya
dibawah lidah dengan berkumur air es sebelumnya dalam waktu 5 menit suhu tubuh
menunjukkan 37,4 oC dan dalam waktu 10 menit suhu tubuh menunjukkan
37,4 oC. Pada percobaan tersebut suhu yang terukur antara tanpa
perlakuan dengan perlakuan memiliki rentan nilai yang sangat kecil. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa manusia selalu mempertahankan suhu tubuhnya selalu
tetap walaupun dengan suhu lingkungan berbeda. Manusia merupakan organisme
homeoterm yang mana suhu tubuhnya selalu tetap. Seperti penjelasan mekanisme
termoregulasi pada hamster, mekanisme termoregulasi pada manusia tidak jauh
berbeda karena sama – sama tergolong sebagai organisme homeoterm sekaligus
endoterm. Hanya saja manusia tidak memiliki jaringan lemak coklat. Saat kondisi
lingkungan dingin, tubuh meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot
rangka, antara lain dengan cara menggigil. Sedangkan mekanisme produksi panas
bukan dari menggigil antara lain meningkatkan sekresi hormone tiroksin yang
dapat meningkatkan aktivitas metabolism didalam sel, menyerap radiasi panas
matahari, menegakkan rambut sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat
diperkecil, mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi
(menyempitkan pembuluh darah) dan memberikan tanggapan perilaku seperti
berselimut, berjaket, berjemur dan menggosok-gosokkan kedua telapak tangan.
Pada kondisi lingkungan panas, pelepasan panas dilakukan dengan cara melepasakn
panas dengan vasodilatasi pembuluh darah perifer dan meningkatkan penguapan air
melalui kulit (berkeringat)(Isnaeni.2006 : 221-222)
VIII. KESIMPULAN
1. Suhu tubuh manusia pada beberapa kondisi perlakuan
Tempat
|
Waktu (menit)
|
Suhu (oC)
|
Fossa axilaris
|
10
|
37,4
|
Mulut
|
10
|
37,2
|
Mulut (bernapas)
|
5
10
|
40
37,6
|
Mulut (berkumur air es)
|
5
10
|
37,4
37,4
|
Suhu tersebut dalam keadaan normal karena manusia
merupakan organisme homeotermik yang mempertahankan suhu tubuhnya selalu tetap.
2. Cara menggunakan thermometer klinis
a. Turunkan sushu thermometer hingga menunjukkan suhu 35oC
dengan cara mengibas – kibaskannya.
b. Bersihkan ujung thermometer dengan alkohol 70%
c. Letakkan thermometer disalah satu bagian tubuh antara lain pangkal
ketiak, dibawah lidah atau anus. Penggunaan thermometer pada anus harus diolesi
dengan vaselin.Biarkan selama 10 menit.
d. Baca skala suhu thermometer.Jika
sudah selesai digunakan, bersihkan thermometer dengan alcohol kemudian masukkan
dalam wadahnya.
3. Pada percobaan yang telah dilakukan, hewan poikiloterm yakni katak mampu
menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan. Sedangkan hewan homeoterm yakni
hamster tidak mampu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan. Suhu tubuhnya
selalu tetap. Namun terjadi kematian saat suhu lingkungan diatas 50oC.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Indrowati, Meti.2012. Modul Praktikum Fisiologi
Hewan. Pendidikan Biologi FKIP UNS
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta
: Penerbit Kanisius
Soedjono. 1998. Pengantar Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Jakarta : LPTK
Sumanto. 1996. Fisiologi Hewan.Surakarta : UNS
Press
X. LAMPIRAN
Dua lembar fotokopi laporan sementara.
|
Surakarta, 10 April 2012
|
Asisten
|
Praktikan
|
|
Fathoni Hari B
|
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete