Thursday, January 28, 2016

Self Traveling dari Solo ke Bogor dan Jakarta



Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

            Hallo pembaca yang budiman, kali ini saya akan berbagi pengalaman liburan saya ke Bogor dengan semua angkutan umum. Saya sudah merencanakan liburan ini seminggu sebelumnya. Maklum saya belum pernah pergi kesana sendirian. Saya sudah yakin dan merencanakan semuanya untuk self traveling ke Kebun Raya Bogor dan Taman Mini Indonesia Indah. Hal yang paling besar terpikirkan oleh saya adalah dimana saya harus menginap. Saya memiliki kenalan saudara yang terbilang jauh kekeluargaannya yang tinggal di Cibinong Bogor namun saya tidak serta merta menggantungkannya untuk menginap disana. Apalagi saya juga belum pernah kesana tetapi hal tersebutlah yang bisa menjadi bantuan selama traveling ke tempat jauh jika kita belum mengenal tempatnya.

            Self traveling yang saya lakukan ini cukup nekat. Saya pernah berkunjung ke Kebun Raya Bogor dalam rangka kegiatan kuliah lapangan (KKL) namun tidak semua bagian sempat saya jelajahi. Saya pun berkeinginan untuk mengunjungi KRB dan memuaskan keinginan saya menjelajahi setiap bagiannya. Tentunya jauh-jauh pergi ke Bogor tidak puas rasanya jika hanya menginap satu hari maka saya memutuskan menambah destinasi wisata di kawasan Jakarta yaitu TMII karena saya sendiri belum pernah ke Jakarta. Perencanaan pun dipersiapkan dengan matang-matang.

            Hal yang pertama saya lakukan adalah mencari cara bepergian ke dua tempat tersebut dengan mencari informasinya di internet lewat google. Selain itu google map sangat diperlukan untuk mengetahui letak sesungguhnya, lebih baik lagi jika melihat keadaan asli lewat google earth. Namun saya tidak melihat google earth karena kuota internet smartphone saya terbatas. Saya pun mengumpulkan informasi mengenai mode transportasi kereta api dan angkot untuk menuju tempat tersebut serta beberapa penginapan murah di sekitaran stasiun kereta api tujuan atau lokasi wisata.

            Ada beberapa kereta api ekonomi yang berangkat dari Solo (Stasiun Purwosari) menuju Jakarta (Stasiun Jatinegara atau Stasiun Pasar Senen) yaitu Bengawan, Jaka Tingkir, Gaya Baru Malam dan Krakatau. Tiket KA yang paling murah milik Bengawan yaitu 80 ribu. Jika kita pesan lewat online dikenakan biaya tambahan 7.500 melalui ATM. Tiket Jaka Tingkir memiliki urutan harga sesuai dengan subclassnya yaitu 130-170-210 dan 240 ribu. Kita harus cepat-cepat membeli tiket kereta jika ingin mendapatkan harga murah karena jika harga dibawahnya habis maka akan naik di subclass diatasnya. Saya pun membeli tiket tiga hari sebelumnya untuk keberangkatan dari stasiun Purwosari-Jatinegara Sabtu 16 Januari 2016 pukul 18.15 sampai 3.38 dan memilih Jaka Tingkir dengan harga 210 ribu. Esok harinya saya membeli tiket kepulangan secara online dari Pasar Senen-Purwosari Selasa 19 Januari 2016 pukul 11.30 sampai 20.45 dan memilih Bengawan dengan harga 80 ribu. Perlu diketahui bahwa kereta api Bengawan dari Jakarta ke Solo berangkat dari Stasiun Pasar Senen tidak bisa dari Jatinegara.

Hari Pertama (Sabtu, 16 Januari 2016)
            Hari keberangkatan pun tiba. Saya mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa di pagi harinya karena keberangkatannya sore hari. Saya bepergian cukup membawa tas ransel polo yang biasa digunakan ke kantor dan tas jinjing dari bahan kain untuk membawa oleh-oleh jika pulang. Tas jinjing tersebut digulung dan dimasukkan ke dalam tas ransel. Barang bawaan yang dibawa antara lain power bank, charger smartphone, baju dua pasang, handuk, topi, alat mandi, block note+pen, ponco (mantel hujan), kotak makan, bekal makan untuk malam-pagi, botol minum, plastik kresek, dan obat pribadi+plester luka. Semua barang tersebut bisa masuk kedalam tas ransel polo asalkan ditata rapi. Salah satu tipsnya adalah pakaian dan plastik kresek sesudah dilipat rapi kemudian digulung karena akan menghemat tempat.  Bagian paling belakang yang biasa digunakan untuk menyimpan laptop diisi dengan tas jinjing, ponco, handuk, dan topi. Bagian tengah (paling besar ruangnya) yang biasa digunakan untuk menyimpan buku diisi dengan pakaian, kotak makan, bekal makanan, dan power bank. Bagian depan diisi dengan alat mandi, block note+pen, charger smartphone dan obat-obatan. Sedangkan botol minum kita masukkan di saku botol disamping tas. 

            Waktu hampir menunjukkan pukul 5 sore dan saatnya berangkat ke stasiun Purwosari. Saya pun sampai di stasiun dan hal yang saya lakukan pertama adalah mencetak tiket online yang sudah saya pesan untuk kepulangannya nanti. Caranya sangat mudah yaitu dengan memasukkan kode booking yang diterima di email kita maka akan nampak nama pembeli tiket dan klik cetak. Dua tiket pergi dan pulang sudah di dapatkan. Saya pun masuk ke peron dan tiket diperiksa oleh petugas dengan menunjukkan kartu identitas diri. Tiket pun dipindai karena ada QC code di tiketnya. Saya menunggu kereta di bangku yang telah disediakan. Sudah lama tidak menggunakan jasa kereta api ternyata sekarang sangat nyaman dalam layanannya. Ruang tunggu memiliki banyak tempat duduk. Fasilitas toilet gratis yang bersih dan mushala. Kreta pun datang sekitar sebelum pukul 6 sore. Penumpang diminta untuk segera memasuki kereta Jaka Tingkir. Saya memasuki kereta sesuai gerbong di tiket. Jangan sungkan untuk bertanya kepada petugas karena mereka akan menjelaskan dengan ramah dimana sebaiknya kita masuk. Saya menunggu beberapa saat dan kereta pun berangkat tepat pukul 18.15. Saya pun melakukan aktivitas seperti biasa makan, shalat, dan tidur. Jangan khawatir untuk wudhu di toilet karena sangat memadahi dan bersih.

            Hari kedua (Minggu, 17 Januari 2016)
            Saya tiba di stasiun Jatinegara pukul 03.45. Suasana stasiun jatinegara sudah ramai oleh penumpang walaupun adzan Subuh belum berkumandang. Waktu shalat subuh pun tiba, saya segera melepaskan tas ransel dan memasukkannya di mushala. Saya ke toilet dan mengambil air wudhu di tempat wudhu kemudian melaksanakan shalat subuh. Saya harus ke luar stasiun terlebih dahulu dan masuk lagi untuk membeli tiket Commuter Line karena pintu keluar dan tempat pembelian tiket berbeda. Saya membeli tiket KRL untuk pertama kalinya dengan jadwal pemberangkatan pertama dari Jatinegara pukul 05.08. Harga tiket Jatinegara-Bogor hanya 15 ribu dengan pengembalian kartu jaminan 10 ribu.  Estimasi lama perjalanan 2 jam. Benar saja sampai di bogor sekitar pukul 07.15. Jangan lupa tap kartu tiket harian berjamin  di pintu keluar dan kembalikan ke loket yang tersedia maka kamu akan mendapat uang pengembalian 10 ribu.

            Perjalanan menuju ke Kebun Raya Bogor sungguh mudah. Sebaiknya kita berjalan kaki saja karena jaraknya relatif dekat. Banyak sopir angkot menawarkan diri untuk mengantarkan kita menuju kesana. Kita cukup membuka google map dan wuiishh langsung akan ditemukan lokasi kita. Jangan lupa menyalakan GPS. Kita cukup berjalan kaki dengan estimasi waktu tidak sampai 15 menit. Pedestrian di jalanan kota bogor sudah sangat luas dan nyaman. Apalagi jika kita berlibur dihari minggu seperti saya maka akan banyak dijumpai pedagang makanan atau apapun di tepi jalan dari stasiun sampai kebun raya.

            Saya pun tiba di Pintu Utama Kebun Raya Bogor dan membeli tiket masuk seharga 14 ribu. Tiket tersebut sudah termasuk tiket masuk museum Zoologi yang berada di dalamnya. Ada penyewaan sepeda di dalam jika kita menginginkannya dengan biaya sewa 15 ribu per jam. Jika kita membawa sepeda sendiri dari luar maka kita dikenakan biaya tambahan tiket masuk sepeda 5 ribu saja. Banyak sekali orang yang berkunjung ke KRB di hari minggu karena hari libur dan mereka dapat melakukan aktivitas seperti jogging, piknik atau sekedar duduk dan berfoto-foto.


Tiket Kebun Raya Bogor


            Ada banyak spot atau titik yang dapat kita kunjungi selama seharian. Saya sudah mendownload peta KRB sebelumnya sehingga sedikit tahu jalanan dan arah tempat yang ingin saya kunjungi. Hal-hal menarik yang baru saya ketahui di dalam KRB adalah adanya museum Zoologi dan Taman Anggrek. Museum Zoologi ini berisi awetan kering hewan dari berbagai kawasan nusantara serta di kelompokkan berdasarkan kelasnya dalam sistem taksonomi. Ada kerangka utuh ikan paus yang terletak di pintu keluar museum ini. Sungguh menarik menjelajahi museum Zoologi ini. Taman anggrek terletak di paling belakang KRB. Butuh usaha dan energi untuk menjangkaunya namun demikian kita akan sangat senang dan puas saat berada di dalamnya. Suhu udara di dalamnya langsung terasa berbeda. Hawa sejuk, suasa rimbun dan hijau warna-warna sungguh menyegarkan mata siapa saja yang berkunjung disana. Ada dua bagian rumah kaca anggrek yaitu anggrek alam dan anggrek hibrida. Menyenangkan bisa melihat anggrek alam dari berbagai provinsi di Indonesia dengan beberapa bunga yang sudah mekar. Subhanallah, kalian harus berkunjung ke tempat ini. Hal yang sungguh disayangkan saat saya berkunjung di KRB adalah tempat Herbarium tumbuhan yang tutup. Saya tidak bisa melihat awetan berbagai macam tumbuhan T_T. Sebelum pulang saya sempatkan untuk istirahat sejenak dan shalat di Masjid di tengah-tengah Kebun Raya Bogor.


Taman Anggrek Alam di Kebun Raya Bogor 


            Waktu sudah hampir menunjukkan pukul setengah 2 siang dan saya bergegas untuk pulang namun sebelumnya saya membeli souvenir terlebih dahulu di toko souvenir. Saya membeli tempelan kulkas berbentuk seperti pin bergambar bunga bangkai raksasa bertuliskan Kebun Raya Bogor seharga 15 ribu. Toko souvenir itu juga menjual berbagai macam tumbuhan dan pernak-pernik lainnya. Saya pun segera ke luar dari KRB untuk membeli makanan khas Bogor. Saya membeli asinan buah dan sayur yang nantinya akan saya bekukan di rumah saudara jauh tempat saya menginap. Saya sempat mampir ke pasarnya dan mencari kacang bogor yang masih mentah. Memang tidak banyak yang jual. Saya hanya menemukan satu orang penjual. Bapak itu menawarkan dengan harga 17 ribu per kilogram. Saya pun mencari pedagang lain siapa tahu ada. Namun setelah saya pikir-pikir nanti malah berat jadi saya tidak jadi beli kacang bogor. Kacang bogor yang saya maksud itu ada juga lho di Sidoarjo Jawa Timur. Saya dulu pernah titip rekan guru saat bekerja disana. Mereka menyebutnya kacang kapri. Saya pun segera menuju ke stasiun dengan langkah cepat karena mulai turun gerimis dan segera menuju loket untuk membeli tiket jurusan Bojong Gedhe. 

            Saya sampai di stasiun Bojong Gedhe. Hujan turun sangat deras dan petir pun menggelegar. Loket stasiun Bojong Gedhe mulai tergenang air. Setelah berputar-putar mencari saudara jauh saya akhirnya bertemu. Saya pun memboncengkannya menuju rumahnya. Masha Allah..jalanannya banjir. Saya takut motor ini nanti akan mati karena hampir merendam knalpot. Saya pun tidak melepaskan gas motor ini. Hujan yang deras ditambah banjir dan jalanan yang tidak terlihat menjadi tantangan yang meningkatkan adrenalin. Griya Asri Cibinong sudah terlihat setelah sekitar 30 menit mengendarai motor. Adzan Ashar pun berkumandang. Saya segera mandi, berganti baju dan shalat ashar. Menginap pun serasa di rumah sendiri.

Hari ketiga (Senin, 18 Januari 2016)
Pagi sekitar pukul 8 saya mulai menuju ke stasiun Bojong Gedhe. Kali ini saya akan pergi ke Taman Mini Indonesia Indah. Rute yang diperlukan adalah dari stasiun Bojong Gedhe ke stasiun Tanjung Barat. Saya menyeberang jalan dan berganti Angkot. Kata petugas dinas perhubungan untuk menuju kesana harus menggunakan angkot dua kali. Angkot yang digunakan pertama adalah Angkot berwarna hijau no 19 jurusan kampung rambutan. Saya bilang ke pak sopir untuk ke TMII. Saya pun berangkat dan diturunkan pak sopir di sebuah persimpangan dan pak sopir bilang itu mas angkot ke TMII. Saya turun dan membayar 5 ribu. Saya langsung masuk angkot yang sedang ngetam di persimpangan itu. Saya pun diantar sampai seberang jalan pintu masuk I/Utama TMII. Perjalanan menuju ke TMII cukup mudah dari stasiun Tanjung Barat.

Petualanganku menyusuri TMII pun dimulai. Ada jalan khusus untuk pejalan kaki saat memasuki pintu masuknya. Setiap orang di kenakan biaya tiket masuk sebesar 10 ribu. Aku pun memantapkan tujuan utamaku adalah melihat berbagai macam anjungan dari provinsi yang ada di Indonesia. Aku mulai dari anjungan Bengkulu. Ternyata tutup saudara-saudara karena hari SENIN itu kebanyakan anjungan TUTUP. Semua rumah adat di tutup jadi kita hanya bisa melihat-lihat disekitarannya atau sekedar masuk sampai serambi/teras rumahnya. Namun demikian masih banyak juga museum dari beberapa provinsi yang masih buka dengan penjaganya yang ramah. Saya sempat masuk ke museum provinsi Riau. Wah…bagus banget koleksinya…lengkap. Ada baju adat, senjata, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Kemungkinan besar saya adalah pengunjung pertama museum Riau hari itu karena saya mengisi buku pengunjung di urutan pertama. Selain itu di dalam museum hanya ada saya dan penjaganya sendiri. Sungguh beruntungnya saya mendapatkan esiklopedia The Green Riau Indonesia dari kakak penjaganya. Bukunya cukup tebal dan berat namun saya sangat senang mendapatkan kenang-kenangan dari provinsi Riau saat pertama kali mengunjungi TMII. Saya juga mengunjungi beberapa provinsi di Sumatera yang lain namun hanya sebatas sampai serambi dan berfoto-foto karena tutup. Ada juga dari provinsi Kalimantan Bara yang museumnya sedang  buka dan menarik perhatian saya. Koleksinya memang tidak terlalu kompleks namun rumah adatnya besar sekali dan panjang. Saya pun naik ke rumah panggung yang tinggi itu dan berfoto-foto dengan latar belakang rumah yang khas. Waktu pun menunjukkan pukul 12 lebih. Saatnya shalat dhuhur, di samping rumah adat Kalimantan Timur ada mushalla yang cukup besar, saya pun shalat disana. Setelah shalat, saya menyeberang jalan dibelakang mushalla. Ada taman kaktus yang sangat terawat dengan baik. Koleksi kaktusnya juga banyak dengan berbagai jenis dan bentuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 13 saatnya saya segera mencari souvenir yang terdapat di toko souvenir TMII. Saya mencari tempelan kulkas dengan tema Jakarta. Harga tempelan kulkas dari logam bergambar dan bertulisan timbul itu 40 ribu. Ada juga kaos bertema TMII dengan bordir bagus mulai 65 ribu sampai 150 ribu tetapi saya tidak jadi beli kaos tersebut. Perut pun lapar waktunya makan siang di kedai-kedai sekitaran toko souvenir banyak. Tidak perlu khawatir kehabisan uang tunai karena disana ada bank sekaligus ATMnya. Ada ATM BRI dan lainnya juga. 

Tiket Masuk Taman Mini Indonesia Indah


Ensiklopedia The Green Riau Indonesia


Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 14. Aku segera keluar menuju pintu utama tempat aku masuk tadi. Aku pun menuju tempat di berhentikannya angkot berangkat tadi. Sekarang aku tinggal mencari angkot kepulangan dengan arah sebaliknya. Aku menggunakan angkot berwarna merah nomor 20 tujuan terminal Kampung Rambutan. Aku membayar 3 ribu. Sampai di terminal Kampung Rambutan segera berganti angkot hijau nomor 19 menuju stasiun Tanjung Barat. Sampai tempat tujuan saya membayar 6 ribu, awalnya saya beri 5 ribu seperti berangkatnya tapi pak sopir minta 6 ribu. Hujan pun turun deras. Saya segera berlari ke seberang jalan untuk berangkat ke Bojong Gedhe. Saya pun di jemput setelah sampai di Bojong Gedhe dan menginap untuk malam terakhir di bogor ini.

Hari keempat (Selasa, 19 Januari 2016)
Waktunya untuk mengakhiri perjalanan liburan di Bogor dan Jakarta. Saya mengemasi barang-barang saya kembali. Tas jinjing kain sekarang digunakan untuk membawa oleh-oleh. Baju dan peralatan lainnya dikemas di dalam tas ransel. Saya pun berangkat dari rumah mbak Benik pukul 07.45 menuju stasiun Bojong Gedhe. Segera saja saya membeli tiket ke Gang Sentiong karena saya tidak bisa langsung turun di Pasar Senen karena hanya dilewati bila perjalanan dari arah Bogor ke Jakarta. Alhasil rutenya adalah Bojong Gedhe – Gang Sentiong – Pasar Senen. Ada insiden pada saat itu. Ada kabar bahwa rel KRL ada yang putus alhasil perjalanan sering terhenti-henti. Saya berdoa semoga cepat sampai Pasar Senen agar tidak ketinggalan kereta ke Solo. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu kurang dari 2 jam namun yang terjadi hampir 3 jam. Saya sampai di Gang Sentiong pukul 11. Saya pun segera menuju peron di seberangnya untuk berganti kereta menuju Pasar Senen. Tidak lama kemudian datang kereta. Saya sampai di stasiun Pasar Senen pukul 11.10. Aduh tinggal 20 menit sebelum kereta Bengawan berangkat. Saya pun berlari-lari keluar dari peron menuju ke daerah keberangkatan sehingga saya tidak sempat mengembalikan kartunya. Antrian pengecekan tiket mulai sedikit karena waktu tinggal 15 menit. Alhamdulillah sudah dicek dan saya pun segera masuk ke gerbong. Gerbong sudah ramai oleh penumpang dan tempat duduk di samping dan berhadapan saya sudah terisi. Kereta pun berangkat tepat pukul 11.30. Saya pun sampai di stasiun Purwosari sekitar pukul 20.45.

Demikian pembaca, cerita saya tentang Self Traveling dari Solo ke Jakarta dan Bogor yang belum tahu jalan. Hanya mengandalkan google map, informasi internet dan rumah saudara jauh yang baru ketemu lagi sejak saya masih bayi. Pembaca, jika saya cari di google penginapan di sekitar stasiun Jatinegara dan Pasar Senen banyak lo.  Banyak rumah penginapan/hote/guest house yang harganya antara 100-200rb dengan jarak 10-25 menit jalan kaki dari stasiun.

Semoga pengalaman ini menambah informasi dan wacana kepada pembaca yang ingin berlibur dan keluar dari rutinitas sehari-hari yang menyibukkan. Mencoba petualangan dengan melangkahkan kaki di luar kotak dan kota. Jangan lupa komentar ya…

            Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

1 comment:

  1. menarik sekali, saya jadi ingin mencobanya. terima kasih kak share pengalamannya salam kenal sy dr karanganyar.

    ReplyDelete