Assalamu
‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hallo pembaca yang budiman, kali ini
saya akan berbagi pengalaman liburan saya ke Bogor dengan semua angkutan umum.
Saya sudah merencanakan liburan ini seminggu sebelumnya. Maklum saya belum
pernah pergi kesana sendirian. Saya sudah yakin dan merencanakan semuanya untuk
self traveling ke Kebun Raya Bogor dan Taman Mini Indonesia Indah. Hal
yang paling besar terpikirkan oleh saya adalah dimana saya harus menginap. Saya
memiliki kenalan saudara yang terbilang jauh kekeluargaannya yang tinggal di
Cibinong Bogor namun saya tidak serta merta menggantungkannya untuk menginap
disana. Apalagi saya juga belum pernah kesana tetapi hal tersebutlah yang bisa
menjadi bantuan selama traveling ke tempat jauh jika kita belum mengenal
tempatnya.
Self traveling yang saya
lakukan ini cukup nekat. Saya pernah berkunjung ke Kebun Raya Bogor dalam
rangka kegiatan kuliah lapangan (KKL) namun tidak semua bagian sempat saya
jelajahi. Saya pun berkeinginan untuk mengunjungi KRB dan memuaskan keinginan
saya menjelajahi setiap bagiannya. Tentunya jauh-jauh pergi ke Bogor tidak puas
rasanya jika hanya menginap satu hari maka saya memutuskan menambah destinasi
wisata di kawasan Jakarta yaitu TMII karena saya sendiri belum pernah ke
Jakarta. Perencanaan pun dipersiapkan dengan matang-matang.
Hal yang pertama saya lakukan adalah
mencari cara bepergian ke dua tempat tersebut dengan mencari informasinya di
internet lewat google. Selain itu google map sangat diperlukan
untuk mengetahui letak sesungguhnya, lebih baik lagi jika melihat keadaan asli
lewat google earth. Namun saya tidak melihat google earth karena
kuota internet smartphone saya terbatas. Saya pun mengumpulkan informasi
mengenai mode transportasi kereta api dan angkot untuk menuju tempat tersebut
serta beberapa penginapan murah di sekitaran stasiun kereta api tujuan atau
lokasi wisata.
Ada beberapa kereta api ekonomi yang
berangkat dari Solo (Stasiun Purwosari) menuju Jakarta (Stasiun Jatinegara atau
Stasiun Pasar Senen) yaitu Bengawan, Jaka Tingkir, Gaya Baru Malam dan
Krakatau. Tiket KA yang paling murah milik Bengawan yaitu 80 ribu. Jika kita
pesan lewat online dikenakan biaya tambahan 7.500 melalui ATM. Tiket Jaka
Tingkir memiliki urutan harga sesuai dengan subclassnya yaitu 130-170-210 dan
240 ribu. Kita harus cepat-cepat membeli tiket kereta jika ingin mendapatkan
harga murah karena jika harga dibawahnya habis maka akan naik di subclass
diatasnya. Saya pun membeli tiket tiga hari sebelumnya untuk keberangkatan dari
stasiun Purwosari-Jatinegara Sabtu 16 Januari 2016 pukul 18.15 sampai 3.38 dan
memilih Jaka Tingkir dengan harga 210 ribu. Esok harinya saya membeli tiket
kepulangan secara online dari Pasar Senen-Purwosari Selasa 19 Januari 2016
pukul 11.30 sampai 20.45 dan memilih Bengawan dengan harga 80 ribu. Perlu
diketahui bahwa kereta api Bengawan dari Jakarta ke Solo berangkat dari Stasiun
Pasar Senen tidak bisa dari Jatinegara.
Hari Pertama (Sabtu, 16 Januari 2016)
Hari keberangkatan pun tiba. Saya
mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa di pagi harinya karena
keberangkatannya sore hari. Saya bepergian cukup membawa tas ransel polo yang
biasa digunakan ke kantor dan tas jinjing dari bahan kain untuk membawa oleh-oleh
jika pulang. Tas jinjing tersebut digulung dan dimasukkan ke dalam tas ransel.
Barang bawaan yang dibawa antara lain power bank, charger smartphone,
baju dua pasang, handuk, topi, alat mandi, block note+pen, ponco (mantel
hujan), kotak makan, bekal makan untuk malam-pagi, botol minum, plastik kresek,
dan obat pribadi+plester luka. Semua barang tersebut bisa masuk kedalam tas
ransel polo asalkan ditata rapi. Salah satu tipsnya adalah pakaian dan
plastik kresek sesudah dilipat rapi kemudian digulung karena akan menghemat
tempat. Bagian paling belakang yang
biasa digunakan untuk menyimpan laptop diisi dengan tas jinjing, ponco, handuk,
dan topi. Bagian tengah (paling besar ruangnya) yang biasa digunakan untuk
menyimpan buku diisi dengan pakaian, kotak makan, bekal makanan, dan power
bank. Bagian depan diisi dengan alat mandi, block note+pen, charger
smartphone dan obat-obatan. Sedangkan botol minum kita masukkan di saku
botol disamping tas.
Waktu hampir menunjukkan pukul 5
sore dan saatnya berangkat ke stasiun Purwosari. Saya pun sampai di stasiun dan
hal yang saya lakukan pertama adalah mencetak tiket online yang sudah saya
pesan untuk kepulangannya nanti. Caranya sangat mudah yaitu dengan memasukkan
kode booking yang diterima di email kita maka akan nampak nama pembeli tiket
dan klik cetak. Dua tiket pergi dan pulang sudah di dapatkan. Saya pun masuk ke
peron dan tiket diperiksa oleh petugas dengan menunjukkan kartu identitas diri.
Tiket pun dipindai karena ada QC code di tiketnya. Saya menunggu kereta di
bangku yang telah disediakan. Sudah lama tidak menggunakan jasa kereta api
ternyata sekarang sangat nyaman dalam layanannya. Ruang tunggu memiliki banyak
tempat duduk. Fasilitas toilet gratis yang bersih dan mushala. Kreta pun datang
sekitar sebelum pukul 6 sore. Penumpang diminta untuk segera memasuki kereta
Jaka Tingkir. Saya memasuki kereta sesuai gerbong di tiket. Jangan sungkan
untuk bertanya kepada petugas karena mereka akan menjelaskan dengan ramah
dimana sebaiknya kita masuk. Saya menunggu beberapa saat dan kereta pun
berangkat tepat pukul 18.15. Saya pun melakukan aktivitas seperti biasa makan,
shalat, dan tidur. Jangan khawatir untuk wudhu di toilet karena sangat memadahi
dan bersih.
Hari kedua (Minggu,
17 Januari 2016)
Saya tiba di stasiun Jatinegara
pukul 03.45. Suasana stasiun jatinegara sudah ramai oleh penumpang walaupun
adzan Subuh belum berkumandang. Waktu shalat subuh pun tiba, saya segera
melepaskan tas ransel dan memasukkannya di mushala. Saya ke toilet dan
mengambil air wudhu di tempat wudhu kemudian melaksanakan shalat subuh. Saya
harus ke luar stasiun terlebih dahulu dan masuk lagi untuk membeli tiket
Commuter Line karena pintu keluar dan tempat pembelian tiket berbeda. Saya
membeli tiket KRL untuk pertama kalinya dengan jadwal pemberangkatan pertama
dari Jatinegara pukul 05.08. Harga tiket Jatinegara-Bogor hanya 15 ribu dengan
pengembalian kartu jaminan 10 ribu.
Estimasi lama perjalanan 2 jam. Benar saja sampai di bogor sekitar pukul
07.15. Jangan lupa tap kartu tiket harian berjamin di pintu keluar dan kembalikan ke loket yang
tersedia maka kamu akan mendapat uang pengembalian 10 ribu.
Perjalanan menuju ke
Kebun Raya Bogor sungguh mudah. Sebaiknya kita berjalan kaki saja karena
jaraknya relatif dekat. Banyak sopir angkot menawarkan diri untuk mengantarkan
kita menuju kesana. Kita cukup membuka google map dan wuiishh
langsung akan ditemukan lokasi kita. Jangan lupa menyalakan GPS. Kita cukup
berjalan kaki dengan estimasi waktu tidak sampai 15 menit. Pedestrian di
jalanan kota bogor sudah sangat luas dan nyaman. Apalagi jika kita berlibur
dihari minggu seperti saya maka akan banyak dijumpai pedagang makanan atau
apapun di tepi jalan dari stasiun sampai kebun raya.
Saya pun tiba di Pintu
Utama Kebun Raya Bogor dan membeli tiket masuk seharga 14 ribu. Tiket tersebut
sudah termasuk tiket masuk museum Zoologi yang berada di dalamnya. Ada
penyewaan sepeda di dalam jika kita menginginkannya dengan biaya sewa 15 ribu
per jam. Jika kita membawa sepeda sendiri dari luar maka kita dikenakan biaya
tambahan tiket masuk sepeda 5 ribu saja. Banyak sekali orang yang berkunjung ke
KRB di hari minggu karena hari libur dan mereka dapat melakukan aktivitas
seperti jogging, piknik atau sekedar duduk dan berfoto-foto.
Tiket Kebun Raya Bogor |
Ada banyak spot atau
titik yang dapat kita kunjungi selama seharian. Saya sudah mendownload
peta KRB sebelumnya sehingga sedikit tahu jalanan dan arah tempat yang ingin
saya kunjungi. Hal-hal menarik yang baru saya ketahui di dalam KRB adalah
adanya museum Zoologi dan Taman Anggrek. Museum Zoologi ini berisi awetan
kering hewan dari berbagai kawasan nusantara serta di kelompokkan berdasarkan
kelasnya dalam sistem taksonomi. Ada kerangka utuh ikan paus yang terletak di
pintu keluar museum ini. Sungguh menarik menjelajahi museum Zoologi ini. Taman
anggrek terletak di paling belakang KRB. Butuh usaha dan energi untuk
menjangkaunya namun demikian kita akan sangat senang dan puas saat berada di
dalamnya. Suhu udara di dalamnya langsung terasa berbeda. Hawa sejuk, suasa
rimbun dan hijau warna-warna sungguh menyegarkan mata siapa saja yang
berkunjung disana. Ada dua bagian rumah kaca anggrek yaitu anggrek alam dan
anggrek hibrida. Menyenangkan bisa melihat anggrek alam dari berbagai provinsi
di Indonesia dengan beberapa bunga yang sudah mekar. Subhanallah, kalian harus
berkunjung ke tempat ini. Hal yang sungguh disayangkan saat saya berkunjung di
KRB adalah tempat Herbarium tumbuhan yang tutup. Saya tidak bisa melihat awetan
berbagai macam tumbuhan T_T. Sebelum pulang saya sempatkan untuk istirahat
sejenak dan shalat di Masjid di tengah-tengah Kebun Raya Bogor.
Taman Anggrek Alam di Kebun Raya Bogor |
Waktu sudah hampir
menunjukkan pukul setengah 2 siang dan saya bergegas untuk pulang namun
sebelumnya saya membeli souvenir terlebih dahulu di toko souvenir. Saya membeli
tempelan kulkas berbentuk seperti pin bergambar bunga bangkai raksasa
bertuliskan Kebun Raya Bogor seharga 15 ribu. Toko souvenir itu juga menjual
berbagai macam tumbuhan dan pernak-pernik lainnya. Saya pun segera ke luar dari
KRB untuk membeli makanan khas Bogor. Saya membeli asinan buah dan sayur yang
nantinya akan saya bekukan di rumah saudara jauh tempat saya menginap. Saya
sempat mampir ke pasarnya dan mencari kacang bogor yang masih mentah. Memang
tidak banyak yang jual. Saya hanya menemukan satu orang penjual. Bapak itu
menawarkan dengan harga 17 ribu per kilogram. Saya pun mencari pedagang lain
siapa tahu ada. Namun setelah saya pikir-pikir nanti malah berat jadi saya
tidak jadi beli kacang bogor. Kacang bogor yang saya maksud itu ada juga lho di
Sidoarjo Jawa Timur. Saya dulu pernah titip rekan guru saat bekerja disana.
Mereka menyebutnya kacang kapri. Saya pun segera menuju ke stasiun dengan
langkah cepat karena mulai turun gerimis dan segera menuju loket untuk membeli
tiket jurusan Bojong Gedhe.
Saya sampai di stasiun
Bojong Gedhe. Hujan turun sangat deras dan petir pun menggelegar. Loket stasiun
Bojong Gedhe mulai tergenang air. Setelah berputar-putar mencari saudara jauh
saya akhirnya bertemu. Saya pun memboncengkannya menuju rumahnya. Masha
Allah..jalanannya banjir. Saya takut motor ini nanti akan mati karena hampir
merendam knalpot. Saya pun tidak melepaskan gas motor ini. Hujan yang deras
ditambah banjir dan jalanan yang tidak terlihat menjadi tantangan yang
meningkatkan adrenalin. Griya Asri Cibinong sudah terlihat setelah sekitar 30
menit mengendarai motor. Adzan Ashar pun berkumandang. Saya segera mandi,
berganti baju dan shalat ashar. Menginap pun serasa di rumah sendiri.
Hari ketiga (Senin, 18 Januari 2016)
Pagi sekitar pukul 8 saya mulai
menuju ke stasiun Bojong Gedhe. Kali ini saya akan pergi ke Taman Mini
Indonesia Indah. Rute yang diperlukan adalah dari stasiun Bojong Gedhe ke
stasiun Tanjung Barat. Saya menyeberang jalan dan berganti Angkot. Kata
petugas dinas perhubungan untuk menuju kesana harus menggunakan angkot dua
kali. Angkot yang digunakan pertama adalah Angkot berwarna hijau no 19
jurusan kampung rambutan. Saya bilang ke pak sopir untuk ke TMII. Saya pun
berangkat dan diturunkan pak sopir di sebuah persimpangan dan pak sopir bilang
itu mas angkot ke TMII. Saya turun dan membayar 5 ribu. Saya langsung masuk
angkot yang sedang ngetam di persimpangan itu. Saya pun diantar sampai seberang
jalan pintu masuk I/Utama TMII. Perjalanan menuju ke TMII cukup mudah dari
stasiun Tanjung Barat.
Petualanganku menyusuri TMII pun
dimulai. Ada jalan khusus untuk pejalan kaki saat memasuki pintu masuknya.
Setiap orang di kenakan biaya tiket masuk sebesar 10 ribu. Aku pun memantapkan
tujuan utamaku adalah melihat berbagai macam anjungan dari provinsi yang ada di
Indonesia. Aku mulai dari anjungan Bengkulu. Ternyata tutup saudara-saudara
karena hari SENIN itu kebanyakan anjungan TUTUP. Semua rumah adat
di tutup jadi kita hanya bisa melihat-lihat disekitarannya atau sekedar masuk
sampai serambi/teras rumahnya. Namun demikian masih banyak juga museum dari
beberapa provinsi yang masih buka dengan penjaganya yang ramah. Saya sempat
masuk ke museum provinsi Riau. Wah…bagus banget koleksinya…lengkap. Ada baju
adat, senjata, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Kemungkinan besar saya
adalah pengunjung pertama museum Riau hari itu karena saya mengisi buku
pengunjung di urutan pertama. Selain itu di dalam museum hanya ada saya dan
penjaganya sendiri. Sungguh beruntungnya saya mendapatkan esiklopedia The
Green Riau Indonesia dari kakak penjaganya. Bukunya cukup tebal dan berat
namun saya sangat senang mendapatkan kenang-kenangan dari provinsi Riau saat
pertama kali mengunjungi TMII. Saya juga mengunjungi beberapa provinsi di
Sumatera yang lain namun hanya sebatas sampai serambi dan berfoto-foto karena
tutup. Ada juga dari provinsi Kalimantan Bara yang museumnya sedang buka dan menarik perhatian saya. Koleksinya
memang tidak terlalu kompleks namun rumah adatnya besar sekali dan panjang. Saya
pun naik ke rumah panggung yang tinggi itu dan berfoto-foto dengan latar
belakang rumah yang khas. Waktu pun menunjukkan pukul 12 lebih. Saatnya shalat
dhuhur, di samping rumah adat Kalimantan Timur ada mushalla yang cukup besar,
saya pun shalat disana. Setelah shalat, saya menyeberang jalan dibelakang
mushalla. Ada taman kaktus yang sangat terawat dengan baik. Koleksi kaktusnya
juga banyak dengan berbagai jenis dan bentuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 13
saatnya saya segera mencari souvenir yang terdapat di toko souvenir TMII. Saya
mencari tempelan kulkas dengan tema Jakarta. Harga tempelan kulkas dari logam
bergambar dan bertulisan timbul itu 40 ribu. Ada juga kaos bertema TMII dengan
bordir bagus mulai 65 ribu sampai 150 ribu tetapi saya tidak jadi beli kaos
tersebut. Perut pun lapar waktunya makan siang di kedai-kedai sekitaran toko
souvenir banyak. Tidak perlu khawatir kehabisan uang tunai karena disana ada
bank sekaligus ATMnya. Ada ATM BRI dan lainnya juga.
Tiket Masuk Taman Mini Indonesia Indah |
Ensiklopedia The Green Riau Indonesia |
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul
14. Aku segera keluar menuju pintu utama tempat aku masuk tadi. Aku pun menuju
tempat di berhentikannya angkot berangkat tadi. Sekarang aku tinggal mencari
angkot kepulangan dengan arah sebaliknya. Aku menggunakan angkot berwarna
merah nomor 20 tujuan terminal Kampung Rambutan. Aku membayar 3 ribu. Sampai di terminal Kampung Rambutan segera
berganti angkot hijau nomor 19 menuju stasiun Tanjung Barat. Sampai
tempat tujuan saya membayar 6 ribu, awalnya saya beri 5 ribu seperti
berangkatnya tapi pak sopir minta 6 ribu. Hujan pun turun deras. Saya segera
berlari ke seberang jalan untuk berangkat ke Bojong Gedhe. Saya pun di jemput
setelah sampai di Bojong Gedhe dan menginap untuk malam terakhir di bogor ini.
Hari keempat (Selasa, 19 Januari
2016)
Waktunya untuk mengakhiri perjalanan
liburan di Bogor dan Jakarta. Saya mengemasi barang-barang saya kembali. Tas
jinjing kain sekarang digunakan untuk membawa oleh-oleh. Baju dan peralatan
lainnya dikemas di dalam tas ransel. Saya pun berangkat dari rumah mbak Benik
pukul 07.45 menuju stasiun Bojong Gedhe. Segera saja saya membeli tiket ke Gang
Sentiong karena saya tidak bisa langsung turun di Pasar Senen karena hanya
dilewati bila perjalanan dari arah Bogor ke Jakarta. Alhasil rutenya adalah
Bojong Gedhe – Gang Sentiong – Pasar Senen. Ada insiden pada saat itu.
Ada kabar bahwa rel KRL ada yang putus alhasil perjalanan sering
terhenti-henti. Saya berdoa semoga cepat sampai Pasar Senen agar tidak
ketinggalan kereta ke Solo. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu kurang
dari 2 jam namun yang terjadi hampir 3 jam. Saya sampai di Gang Sentiong pukul
11. Saya pun segera menuju peron di seberangnya untuk berganti kereta menuju
Pasar Senen. Tidak lama kemudian datang kereta. Saya sampai di stasiun Pasar
Senen pukul 11.10. Aduh tinggal 20 menit sebelum kereta Bengawan berangkat.
Saya pun berlari-lari keluar dari peron menuju ke daerah keberangkatan sehingga
saya tidak sempat mengembalikan kartunya. Antrian pengecekan tiket mulai
sedikit karena waktu tinggal 15 menit. Alhamdulillah sudah dicek dan saya pun
segera masuk ke gerbong. Gerbong sudah ramai oleh penumpang dan tempat duduk di
samping dan berhadapan saya sudah terisi. Kereta pun berangkat tepat pukul
11.30. Saya pun sampai di stasiun Purwosari sekitar pukul 20.45.
Demikian pembaca, cerita saya tentang Self Traveling dari Solo ke
Jakarta dan Bogor yang belum tahu jalan. Hanya mengandalkan google map,
informasi internet dan rumah saudara jauh yang baru ketemu lagi sejak saya
masih bayi. Pembaca, jika saya cari di google penginapan di sekitar stasiun
Jatinegara dan Pasar Senen banyak lo.
Banyak rumah penginapan/hote/guest house yang harganya antara 100-200rb
dengan jarak 10-25 menit jalan kaki dari stasiun.
Semoga pengalaman ini menambah informasi dan wacana kepada pembaca yang
ingin berlibur dan keluar dari rutinitas sehari-hari yang menyibukkan. Mencoba
petualangan dengan melangkahkan kaki di luar kotak dan kota. Jangan lupa
komentar ya…
Wassalamu ‘alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
menarik sekali, saya jadi ingin mencobanya. terima kasih kak share pengalamannya salam kenal sy dr karanganyar.
ReplyDelete