Monday, April 4, 2016

Wisata Budaya PPG UNY 2016 (Candhi Borobudur)



                 Wisata budaya merupakan agenda pada minggu ketiga yang diadakan oleh PPG UNY 2016. Wisata yang pertama kali dialami ini selama hampir tiga minggu menjalani kehidupan asrama di wates sungguh dinanti. Destinasi yang akan kami lalui adalah candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, dan Malioboro. Para peserta PPG sungguh antusias mengikuti kegiatan yang hanya diadakan setiap tiga minggu ini.
                Sabtu tanggal 2 April 2016 mendadak ramai di pagi hari. Semua mahasiswa PPG sudah bersiap-siap dengan kostum santai mereka. Sarapan pagi sudah disiapkan sejak pukul 05.30. Mahasiswa sudah banyak berkumpul di ruang makan yang letaknya di lantai satu asrama laki-laki. Mereka segera sarapan pagi karena bus akan berangkat pukul 06.30.
                Perjalanan pun di mulai dari depan Gedung Layanan Akademik kampus Wates. Kami berangkat sebelum pukul 7 pagi dengan mengendarai bus pariwisata berbeda dengan bus kampus yang kami kendarai dari Wates ke kampus Karangmalang. Tujuan pertama adalah candi Borobudur. Semua fasilitas ini sudah dipersiapkan oleh pihak kampus dengan baik.
                Wisata budaya pertama candi Borobudur kita jelajahi. Kami memasuki pintu masuk lokasi wisata dengan pemeriksaan tas. Setiap pengunjung yang menggunakan tas dimohon untuk dibuka dan diperiksa oleh petugas. Kami masuk tanpa menggunakan tiket karena dalam rombongan jumlah banyak yang hampir mencapai tiga ratus orang. Petugas menghitung peserta PPG dengan alat penghitungnya. Panitia telah mengatur bahwasannya kunjungan ke candi ini maksimal sampai pukul 10 pagi karena harus dilanjutkan ke Keraton Yogyakarta. Kami pun segera menuju tempat candi berada.

Pintu Masuk di depan Candhi Borobudur
 
Rekan-Rekan Berfoto di Tingkat Pertama Candhi Borobudur
                 Kami berekreasi ria di kawasan candi Budha terbesar di dunia. Kami menaiki setiap anak tangga di candhi, mengelilinginya, dan mencapai puncak di stupa terbesarnya. Tak lupa kami mengabadikan momen dengan berfoto dengan latar belakang stupa yang sangat banyak. Kami pun melupakan sinar matahari yang menyengat kulit kami dan keringat mulai membasahi baju. Waktu pun hampir menunjukkan pukul 09.30. Kami segera keluar dari candi dan munuju beberapa museum yang ada disekitarnya.
               Ada 2 museum yang sempat kami kunjungi. Kami mengunjungi museum kapal dan museum borobudur. Museum kapal berisi berbagai gambaran kegiatan nenek moyang kita yang berkecimpung di dunia kelautan. Ruangan pertama berisi benda-benda yang digunakan para pelaut dalam perjalanannya serta komoditas perdagangan Indonesia berupa rempah-rempah seperti pala, lada dan cengkih. Ada pula gambaran atau lukisan di dinding goa yang menggambarkan keberanian nenek moyang kita mengarungi lautan. Ada pula peta perjalanan perdagangan komoditi rempah-rempah di Indonesia yang sampai ke negara tetangga. Ruangan kedua berisi kapal kayu besar yang dibuat menyerupai aslinya. Kita tidak dapat masuk ke dalam kapal jika tidak membeli tiket. Kebanyakan pengunjung hanya berfoto-foto dari luar. Museum kedua yang kami kunjungi adalah museum Borobudur. Museum ini memiliki beberapa ruangan. Saat memasuki museum, kita akan disambut dengan pemain gamelan yang berada di dalam pendapa tepat di tengah museum ini. Ada banyak sekali sisa-sisa batu asli candhi Borobudur yang disusun rapi seperti deretan prajurit. Ada beberapa ruangan di belakang pendapa itu. Ruangan pertama berisikan peninggalan sejarah berupa lingga dan Yoni. Ruangan kedua berisi tentang gambaran dari arti relief candi tersebut. Ruangan ini memiliki penyejuk udara yang dingin sehingga sangat nyaman saat membaca dari gambaran relief tersebut.
Jajaran Batu Asli Puing-Puing Candhi di Museum Borobudur

        Waktu berkunjung sudah habis. Kami pun bersegera menuju parkiran C untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya yaitu keraton Yogyakarta yang akan tutup beroperasi pukul 14.00. Pemandu menginstruksikan untuk shalat di masjid Kauman dan mengambil makan siang disana. Kami pun menuju parkiran di daerah Ngabean. Masya Allah, ternyata jaraknya masih jauh dengan masjid Kauman. Kami bersama-sama jalan kaki menuju kesana walaupun sebenarnya ada becak ataupun kendaraan lainnya. Namun kami memilih jalan kaki sambil menikmati panasnya matahari.
Bersambung...